Jumat, 08 Juni 2012

LAPORAN PRAKTEK LAPANG UASAHATANI PADI DI DESA BONTOLOE KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR



LAPORAN PRAKTEK LAPANG UASAHATANI PADI
DI DESA BONTOLOE KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR


OLEH:
AGUS SALIM
10596 009 09









JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011                                                            

I. PENDAHULUAN
1.1  latar Belakang
Padi merupakan tanaman berumpun. Tanaman padi berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi (Imadatainstiper, 2007).
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).
1
Menurut Soekarawati, 1993. Padi salah satu komoditi yang mempunyai prospek cerah guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen usaha memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya.
Setiap kegiatan pengolahan sawah mutlak petani mengeluarkan biaya untuk kegiatan produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida, pajak lahan, biaya penyusutan alat dan biaya lainnya yang tidak terduga.
Untuk memperoleh pendapatan yang memuaskan petani, maka petani dituntut kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai solusi dalam menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau menahan hasil produksinya. Namun bagi petani yang secara umumnya menggantungkan hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak memiliki kemampuan untuk menahan hasil panen kecuali sekedar untuk konsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yan telah dikeluarkan.
Penduduk Desa Bontoloe hidup dengan bergantung kepada pertanian dan perikanan, penduduk bontoloe  terdiri dari 3.792 penduduk dengan pekerjaan petani sebesar 305 orang/ kepala keluarga, dengan tanah ladang sebanyak 118,40 ha dan lahan sawah di Desa Bontoloe sebanyak 103, 4 ha, lahan sawah itu ditanami padi dan jagung akan tetapi lahan sawah itu umummya ditanami padi.

1.2  Rumusan Masalah
1. Berapa besar pendapatan Petani dari usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar?

1.3  Tujuan Praktek Lapang
1. Untuk mengetahui pendapatan Petani dari  usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar?






                                                         II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Budidaya Padi
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008).
Benih yang dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20 Kg. Benih yang hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya (Anonima, 2008).
Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu, 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg KCL (Anonima, 2008).
3
Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan) sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya mencakup kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat umur 20–25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga pertumbuhannya seragam.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit, dengan kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20 x 20 cm (Anonima, 2008).
Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang ditanam (Anonima, 2008).
Penggunaan dosis pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea 200 Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan, sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu tanaman berumur 40 hari (Anonima, 2008).
Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi, walang sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan (Anonima, 2008).
Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan. Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur (Anonima. 2008)
Saat panen di lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110–115 hari setelah tanam.

2.2  Biaya
biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat itu diterima, (Kusnadi 2006 : 168)
Sedangkan menurut Kuswadi (2007 : 72) bahwa biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak ketiga. Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyadi (2007 : 8) bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Supriyono (2002 : 18) mengemukakan bahwa : Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Biaya usaha tani diklafikasikn menjadi dua yaitu ; Biaya tetap (fixed costi) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang mencangkup :
1.    Biaya tetap (Fixed Cost) yaitu : biaya yang tidak berubah-ubah yang tidak mempengaruhi hasil produksi, yakni penyusutan alat pertanian, sewa tanah, dan pajak.
2.    Biaya tidak tetap (Variable Cost) yaitu : biaya yang berubah-ubah/ biaya yang mempengaruhi jumlah hasil produksi, yakni bibit, upah tenaga kerja, pupuk dan pestisida.

2.3    Pendapatan
Pendapatan pada prinsipnya mempunyai sifat menambah atau menaikkan nilai kekayaan pemilik usaha, baik dalam bentuk penerimaan maupun tagihan. Untuk memperjelas pengertian tentang pendapatan, dikemukakan pengertian pendapatan dari para ahli :
1.    M.P Simangunsong (2004 : 6) mengemukakan bahwa :Pendapatan adalah bertambahnya aktiva perusahaan atau uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang mengakibatkan modal bertambah”.
2.    Dumairy (1999 : 56) menambahkan bahwa : Pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi meliputi uapah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan.
3.    Soekarwati berpendapat bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.
Jadi, Pd = TR – TC
Pd = Pendapatan Usaha Tani
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah semua barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun.

2.4   Produksi
Sejumlah ahli ekonomi mengemukakan berbagai macam definisi tentang produksi akan tetapi pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama. Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output. Mengenai hal tersebut pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan produksi sebagai berikut : Produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang
Faktor-faktor Produksi
faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, (Sukirmo, 2006 : 6).
1.    Alam
Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya.
2.    Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah suatu lat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja. (Daniel, 2002 : 86)
3.    Modal
Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimilki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 : 74), arti modal modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.
Modal adalah “Setiap hasil/produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang baru”. Secara umum modal dapat dibagi 2, yaitu :
Dalam usaha pertanian dikenal ada modal fisik dan modal manusiawi. Modal fisik atau modal material, yaitu berupa alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak. Sedangkan modal manusiawi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan, latihan, kesehatan. Modal manusiawi tidak memberikan pengaruh secara langsung, dampaknya akan kelihatan dimasa datang dengan meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia pengelolanya.
 III.  METODOLOGI PRAKTEK LAPANG
3.1          Waktu dan Tempat
Praktek lapang ini di laksanakan pada tanggal 11-12 juni 2011, di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

3.2          Sumber  Data
Praktek lapang ini dilakukan melalui pengumpulan data, pengumpulan data yang dilakukan ada 2 yaitu data primer dan data sekunder:
1.    Data primer adalah: data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada petani dan keluarganya, dengan mengisi kuisioner yang telah diberikan.
2.    Data sekunder adalah: data yang diperoleh dari kantor desa Bontoloe.

3.3          Analisis data
analisis pendapatan yaitu analisis yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan usahatani, pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekarwati, 1993).
Pendapatan (Ï€) = TR- TC
Yang diperoleh dari:
TR = Y . PY
TC= FC + VC
Dimana :
Ï€ = Pendapatan
10
TR= Penerimaan Total (Total Revenue)
TC= Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya variabel (Variabel Cost)
Y=  Jumlah produksi padi/gabah/ (Kg)
PY= Harga produksi padi (Rp/Kg)

3.4          Konsep Operasional
Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan ini, maka penyusun kemukakan definisi operasional variabel yang ada kaitannya, Adapun definisi variable tersebut adalah :
1.    Usahatani padi adalah  usahatani yang dikelola oleh petani padi di dusun Tala-tala, Desa bontoloe, Kecamatan Galesong.
2.    Petani adalah orang yang bercocok tanam atau yang mengelola padi di dusun Tala-tala, Desa bontoloe, Kecamatan Galesong.
3.    Produksi (Y) adalah jumlah produk yang dihasiklkan petani padi berupa gabah yang diukur dengan kilogram (Kg) untuk satu kalipanen,
4.    Harga Produksi (PY) adalah harga penjualan petani padi berupa gabah yang diukur dengan rupiah (Rp)
5.    Penerimaan adalah (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan petani padi berupa gabah (Y) dikalikan dengan harga penjualan petani (PY).
6.    Biaya (TC) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkn pada usahatani padi selama satu musim dalam menghasilkan padi yang diukur dengan rupiah (Rp). Biaya usaha tani diklafikasikn menjadi dua yaitu ; Biaya tetap (fixed costi) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang mencangkup
a.       Biaya tetap (Fixed Cost) yaitu : biay yang jumlahnya tidak tergantung pada hasil produksi, yakni alat pertanian, sewa tanah, dan pajak.
b.      Biaya tidak tetap (Variable Cost) yaitu : biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah hasil produksi, yakni bibit, upah tenaga kerja, pupuk dan pestisida.
7.    Pendapatan petani (Ï€) adalah jumlah uang yang diterima petani padi dari hasil penjualan gabah setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi yang diukur dlam rupiah (Rp).

 IV.  GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANG
3.1         Luas dan Letak Geografis
Desa Bontoloe merupakan salah satu Wilayah Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar yang memiliki luas wilayah yang sekitar  219,91 Ha. Dengan batasan wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bodola, bagian Selatan berbatasan dengan Desa Bentong/ BT, bagian barat berbatasan dengan Selat Makassar sedangkan bagian Timur berbatasan dengan Desa Pattinoang.
Secara geografis Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten takalar berada di ketinggian 2 m dari permukaan laut, dengan curah hujan 7,2 mm/ tahun, serta suhu udara rata-rata 28-340  dengan orbitasi jarak dari pusat (Pemerintah desa) yaitu:
®    Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 km.
®    Jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 17 km
®    Jarak dari ibu kota propinsi 30 km.

3.2         Kependudukan Desa Bontoloe
Jumlah penduduk kelurahan/Desa bontoloe yaitu 3.792 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 1.869 orang dan jumlah penduduk perempuan 1.923, jumlah penduduk dengan tingkat pendidikannya yaitu:
SD         : 228 orang
SMP       : 190 orang
SMA      :175 orang
13
S1          : 158 orang
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariaannya terdiri dari 305 orang petani, Tukang: 49 orang dan Nelayan sebanyak 418 0rang.

3.3         Keadaan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan Pertanahan di Desa Bontoloe Kecamatan galesong, Kabupaten Takalar dengan tanah kas desa sebanyak 7,15 Ha dengan pengalokasian untuk jalan 2,5 Ha, sawah dan ladang 118,40 ha, empang/ tambak sebanyak 22,5 Ha, dan pemukiman/ Perumahan 60,45 Ha. Sedangkan penggunaannya yaitu untuk perkantoran sebanyak 0,12 Ha, pasar Desa 0,60, tempat rekreasi 12 Ha, Dan tanah sawah 103,4 Ha.

 V.  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1         Identitas Petani Responden
Responden dalam praktek lapang ini adalah petani yang membudidayakan padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, karakteristik responden dapat dilihat dari  segi umur, pendidikan, pengalaman dalam berusahatani tanggungan keluarga dan luas lahan yang digunakan dalam  berusahatani, aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan usahatani padi.

5.1.1   Umur Responden
Tingkat umur petani sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir petani dalam pengambilan keputusan dalam usahatani padi, pada umumnya petani yang berusia muda mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat menerima informasi dan inovasi baru, karena petani yang berumur lebih muda lebih berani menanggung resiko walaupun petani tersebut masih kurang pengalaman sehingga petani yang lebih muda bertindak dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupnya pada masa yang akan datang.
Sebaliknya petani yang berumur lebih tua, mempunyai kapasitas usahatani yang lebih matang karena banyaknya pengalaman yang dialaminya sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak untuk melakukan usahataninya.
15
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur petani responden bervariasi, mulai dari 25 sampai 60 tahun, berikut disajikan komposisi umur petani responden pada tabel 1.
Tabel 1.  Identitas petani responden berdasarkan tingkat umur di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

No
Umur (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
25 – 36
4
44,44
2
37 – 48
2
22,22
3
49 – 60
3
33,33

Jumlah
9
100
Sumber: data primer setelah di olah 2011.
Tabel 1. Menunjukkan bahwa  jumlah petani responden yang terbanyak berada pada kelompok umur  25-36 tahun dengan jumlah 4 orang (44,44%) sedangkan jumlah terkecil berada pada umur 37- 48 tahun dengan persentase (22,22%), dengan demikian bahwa kelompok umur petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar digolongkan Kedalam kelompok umur petani muda dengan persentase (44,44%).

5.1.2   Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan formal petani merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam pengembangan usaha, terutama kaitannya dengan penyerapan inovasi penunjang pencapaian produksi yang optimal. Pendidikan yang relatif lebih tinggi akan lebih memudahkan petani dalam menerapkan inovasi tekhnologi baru serta tekhnik-tekhnik baru dalam usahataninya sehingga dengan kemajuan- kemajuan tekhnologi dalam usahatani padi dapat diaplikasikan dengan cepat dan mudah (Mosher, 2000).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai SMA. Komposisi tingkat pendidikan petani responden disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Identitas petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
Tidak sekolah
2
22,22
2
SD
5
55,55
3
SLTP
2
22,22

Jumlah
9
100
Sumber: data primer setelah di olah, 2011.
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah petani respnden yang tertinggi berada pada tingkat SD yang berarti bahwa tingkat pendidikan petani responden tergolong rendah sehingga petani responden kesulitan dalam menerapkan tekhnologi baru serta tekhnik-tekhnik baru dalam usahatani padi yang di kelola di Desa Bontoloe.
Dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah yaitu pendidikan Sekolah Dasar, petani cenderung mengelola usahataninya secara tradisional menurut kebiasaan yang dilakukan turun-temurun, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan peran pemerintah yang proaktif melalui pembinaan masyarakat petani oleh penyuluuh pertanian lapangan.

5.1.3   Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat dilihat dari lamanya petani dalam menekuni usahanya. Semakin lama petani menggeluti usahanya, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki, pada umumnya petani yang memiliki pengalaman usahatani yang cukup lama cenderung memiliki kemampuan berusahatani yang lebih baik, pengalaman berusahatani erat kaitannya dengan tingkat keterampilan seseorang dalam berusaha karena umumnya petani yang berpengalaman kemudian ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka petani tersebut akan terampil dalam mengelola usahataninya. Komposisi petani responden yang didasarkan pada pengalaman berusahatani pada tabel 3.
Tabel 3. Identitas petani responden berdasarkan pengalaman dalam berusahatani di Desa Bontoloe  Kecamatan Galesong Kabupatn Takalar.

No
Pengalaman Berusahatani (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
2 – 11
4
44,44
2
12 – 21
2
22,22
3
22 – 31
3
33,33

Jumlah
9
100
Sumber: Data primer setelah diolah 2011
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh, data pada tabel 3 menunjukkan bahwa petani responden memiliki pengalaman berusahatani padi sebagian besar petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar memiliki pengalaman berusahatani padi antara 1-10 tahun dengan persentase (44,44%).

5.1.4   Jumlah Tanggungan keluarga
Tanggungan keluarga merupakan keseluruhan anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi responden bersangkutan, anggota keluarga dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Untuk mengetahui penyebaran jumlah tanggungan keluarga dari petani respoden, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Identitas petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

No
Jumlah tanggungan keluarga (orang)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
1 – 2
4
44,44
2
3 – 4
3
33,33
3
5 – 6
2
22,22

Jumlah
9
100
Sumber: Data primer setelah diolah 2011
Data pada tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga sebagian besar berada pada interval 1-2 orang yaitu berjumlah 4 orang, sedangkan jumlah tanggungan petani responden paling sedikit berada pada interval 5-6 dengan jumlah 2 orang.
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pelaksanaan suatu usahatani oleh keluarga tani yang berkaitan dengan waktu kerja dalam penyelenggaraan usahatani. Jumlah tanggungan keluarga merupakan potensi tenaga kerja usahatani, apabila tenaga tersebut merupakan tenaga kerja yang produktif, namun sebaliknya dapat pula sebagai beban bagi keluarga apabila tenaga tersebut bukan tenaga kerja produktif.
5.1.5   Luas Lahan Usahatani
Luas lahan usahatani mempengaruhi kemampuan produktivitas seorang petani yang lahannya relatif sempit, maka dalam melakukan kegiatan usahataninya akan sangat terbatas dan sulit mengusahakan atau mengembangkan usahataninya, sebaliknya petani yang mempunyai lahan yang luas, kegiatan usahataninya berjalan sesuaia dengan yang diinginkan dan petani dapat berpikir dengan leluasa untuk mengembangkan asahataninya. Disamping itu luasnya areal usahatani akan membuka kesempatan bagi seorang petaani untuk berproduksi lebih banyak, karena tidak menutup kemungkinan petanib dapat menutupi kegagalan usahatani lainnya bila terjadi sesuatu yang diinginkan.
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa petani responden memiliki luas lahan yang bervariasi yaitu mulai dari 0,07  – 2 Ha,   berikut komposisi  petani responden pada jumlah luas lahan disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan usahatani dari petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

No
Luas lahan (Ha)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1
0,07 – 0,54
8
88,88
2
0,55 – 1,02
-
0
3
1,03 – 1,50
1
11,11

Jumlah
9
100
Sumber: data primer setelah di olah 2011.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar yang digunakan untuk mengembangkan usahatani padi sebagian besar berada pada luas lahan 0,01- 0,75 dengan jumlah 7 orang.
Hal ini menunjukkan luas lahan untuk usahatani padi yang dikelola responden tergolong sempit. Oleh karena itu diperlukan penambahan luas lahan agar usahatani  padi yang dikelola dapat memberikan produksi yang lebih besar dan pada akhirnya pendapatan yang diperoleh juga akan lebih meningkat.
5.2         Pendapatan Usahatani Padi
analisis pendapatan yaitu analisis yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan usahatani, pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekarwati, 1993).
Analisis ekonomi perlu dilakukan pada semua unit usahtani yang dikerjakan, untuk memberikan bahwa usahatni yang dilakukan memberikan keuntungan atau tidak, oleh karena itu dilakukan anlisis pendapatan, melalui analisis ini seluruh pengeluaran/ biaya yang dikeluarkan semua diperhitungkan, ada biaya-biaya yang secara riil tidak dikeluarkan, tetapi diperhitungkan seperti upah tenaga kerja karena keluarga sendiri yang turut bekerja. Berikut disajikat pendapatan usahatni padi yang dikelola petani responden.
Tabel 6. Pendapatan usahatani padi di Dessa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
I
Penerimaan (Y.PY)
8.892.857,14

Y = Produksi padi (kg)
3.557,14

PY =  Harga (Rp/Kg)

2.500
II
Biaya/ pengeluaran


a=Biaya Variabel
1.083.665,71

b= Biaya Tetap
244.028,57

Jumlah (a + b)

1.327.982,86
III
Pendapatan (I – II)
7.564.873,02
Sumber : Data primer setelah diolah, 2011
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi yang dikelola oleh petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar memperoleh penerimaan sebesar  Rp. 8.892.857,14 per hektar, dengan total biaya yang digunakan untuk usahatani padi sebesar  Rp. 1.327.982,86 per hektar. Sehingga penerimaan tersebut setelah dikurangi dengan total biaya, maka petani responden memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar  Rp.  7.564.873,02 per hektar.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan dengan biaya yang digunakan, maka dapat diketahui bahwa usahatani padi di Dessa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, memperoleh pendapatan atau keuntungan rata-rata sebesar Rp. 7.564.832,02 per hektar. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang diperoleh jauh lebih besar dibanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Dengan pendapatan yang tinggi maka usahatani padi yang dikelola oleh petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dapat memberi nilai ekonomis yang lebih kepada petani itu dengan demikian usahatani padi tersebut tidak rugi bila dikerjakan.

VI.  KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Dari hasil praktek lapang yang dilakukan tentang ushatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar disimpulkan bahwa: Besarnya pendapatan yang diperoleh petani responden dari usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar cukup tinggi yaitu sebesar  Rp. 2.647.705,55 per rata-rata luas lahan petani responden yaitu 0,35 ha, hal ini setara dengan Rp. 7.564.832,02  per hektar.

6.2    Saran
Agar praktek lapang sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka perlu kiranya dosen memberitahukan sebelumnnya tujuan praktek lapang itu sendiri dan sistematika laporan diberikan sebelum praktek lapang dilaksanakan agar data yang dibutuhkan untuk membuat laporan itu lengkap.




23
 
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Kelurahan Bontonoe Kecamatan Mandai Kabupaten Maros. Skripsi Universitas Negeri Makassar.
Anonima. 2008. Teknik Penggilingan Padi Yang Baik. agribisnis.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 15 Juni  2011.
Imadatainstiper, 2007. Budidaya Padi. http://www.google.com.  Diakses pada tanggal 15 Juni 2011.
Misrayanti, 2010.  Analisis Usahatani Jagung Kuning Di Kelurahan Bontobangun Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Soekarwati, 1995.  Analisis Usahatani. Jakarta: UI press.









24
 

Lampiran 1. Identitas petani responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No.
Nama Responden
Umur (tahun)
Luas Lahan (ha)
Tingkat Pendidikan
Pengalaman usahatani (tahun)
Jumlah tanggungan keluarga
1
Dg. Ngeppe
60
0,14
-
2
2
2
Dg. Samsu
43
0,30
SD
20
5
3
Moa Dg.  Rate
34
0,07
SLTP
10
4
4
Darfin
25
0,10
SD
5
2
5
Dg. Raja
25
1,5
SD
10
1
6
Dg. Iffi
60
0,30
SD
30
5
7
Dg. Jengka
45
0,30
SLTP
20
4
8
Dg. Manggung
35
0,30
SLTP
22
3
9
Dg. Rani
60
0,10
SD
30
2

Jumlah
355
3,11

149
28

Rata-rata
39,44
0,35

16,5
3


Lampiran 2. Besarnya biaya benih dari setiap responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No.
Luas Lahan

Benih padi

responden
(ha)
Kg
Rp/ kg
Niai (Rp)
1
0,14
10
11.000
110.000
2
0,30
20
11.000
220.000
3
0,07
10
11.000
110.000
4
0,10
20
11.000
220.000
5
1,5
160
11.000
1.760.000
6
0,30
25
11.000
275.000
7
0,30
12
11.000
132.000
8
0,30
15
11.000
165.000
9
0,10
10
11.000
110.000
Jumlah
3,11
282

2.854.000
Rata-rata
0,35
31,33

317.111
Per ha
1,00
89,51

906.031,4



Lampiran 3.  Besarnya biaya pupuk dari setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupateb Takalar.

No
Luas Lahan

Urea


TSP

Total
Resp.
(ha)
kg
Rp/ kg
Nilai Rp
Kg
Rp/ kg
Nilai Rp

1
0,14
25
1.200
30.000
0
1.750
0
30.000
2
0,30
50
1.200
60.000
25
1.750
43.750
103.750
3
0,07
25
1.200
30.000
0
1.750
0
30.000
4
0,10
4
1.200
4.800
0
1.750
0
4.800
5
1,5
50
1.200
60.000
0
1.750
0
60.000
6
0,30
100
1.200
120.000
0
1.750
0
120.000
7
0,30
100
1.200
120.000
0
1.750
0
120.000
8
0,30
50
1.200
60.000
0
1.750
0
60.000
9
0,10
25
1.200
30.000
0
1.750
0
30.000
jumlah
3,11
429

514.800
25

43.750
558.550
Rata2
0,35
47,66

57.200


5.972,22
62.061
Per ha
1,00
136,17

163.428,57


17.063,49
177.317,14



Lampiran 4.  Rekapitulasi biaya Variabel (benih dan pupuk) setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No
Luas Lahan
Biaya variabel (Rp)

Total
Responden
(ha)
Benih
Pupuk

1
0,14
110.000
30.000
140.000
2
0,30
220.000
103.750
323.750
3
0,07
110.000
30.000
140.000
4
0,10
220.000
4.800
224.800
5
1,5
1.760.000
60.000
1.820.000
6
0,30
275.000
120.000
395.000
7
0,30
132.000
120.000
252.000
8
0,30
165.000
60.000
225.000
9
0,10
110.000
30.000
140.000
Jumlah
3,11
2.854.000
558.550
3.413.550
Rata-rata
0,35
317.111
62.061
379.283
Per ha
1,00
906.031,43
177.317,14
1.083.665,71



Lampiran 5.  Besarnya pajak lahan yang dikeluarkan dari setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupateb Takalar.

No
Luas Lahan
Pajak Lahan (Rp)
Responden
(ha)

1
0,14
12.000
2
0,30
15.000
3
0,07
10.000
4
0,10
35.000
5
1,5
40.000
6
0,30
70.000
7
0,30
20.000
8
0,30
75.000
9
0,10
25.000
Jumlah
3,11
302.000
Rata-rata
0,35
33.555
Per ha
1,00
101.585,71





Lampiran 6.  Besarnya biaya penyusutan dari setiapnyusutan petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupateb Takalar.

No
Luas Lahan



Biaya Penyusutan Alat


Total

(ha)
Traktor
Cangkul
Sprayer
Skop
Sabit
Parang

1
0,14

5.000



5.000
10.000
2
0,30
200.000
2.500



5.000
207.500
3
0,07

3.000



3.500
6.500
4
0,10

2.000



3.300
5.300
5
1,5

5.000
5.000



10.000
6
0,30

5.000


5.000
3.300
13.300
7
0,30

15.000


25.000
5.000
45.000
8
0,30

30.000


10.000
20.000
60.000
9
0,10

45.000

25.000
40.000
10.000
120.000
Jmlah
3,11
200.000
112.500
5.000
25.000
70.000
55.100
467.600
Rata2.
0,35
22.222
12.500
555
2.777
7.777
6.122,2
51.955
Per ha
1,00
63.491,43
35.714,28
1.585,71
7.934,29
22.220
17.492
148.442,9



Lampiran 7.  Rekapitulasi biaya Variabel (benih dan pupuk) setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

No
Luas Lahan
Biaya tetap (Rp)

Total
Responden
(ha)
Pajak Lahan
Penyusutan alat

1
0,14
12.000
10.000
22.000
2
0,30
15.000
207.500
222.500
3
0,07
10.000
6.500
16.500
4
0,10
35.000
5.300
40.300
5
1,5
40.000
10.000
50.000
6
0,30
70.000
13.300
83.300
7
0,30
20.000
45.000
65.000
8
0,30
75.000
60.000
135.000
9
0,10
25.000
120.000
145.000
Jumlah
3,11
302.000
467.600
769.600
Rata-rata
0,35
33.555
51.955
85.410
Per ha
1,00
101.585,71
148.442,9
244.028,57



Lampiran 8.  biaya total (Variabel dan Tetap) dari petani responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No
Luas Lahan
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Total Biaya
Responden
(ha)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1
0,14
140.000
22.000
162.000
2
0,30
323.750
222.500
546.250
3
0,07
140.000
16.500
156.500
4
0,10
224.800
40.300
265.200
5
1,5
1.820.000
50.000
1.870.000
6
0,30
395.000
83.300
478.300
7
0,30
252.000
65.000
317.000
8
0,30
225.000
135.000
360.000
9
0,10
140.000
145.000
285.000
Jumlah
3,11
3.413.550
769.600
4.183.150
Rata-rata
0,35
379.283
85.410
464.794
Per ha
1,00
1.083.665,71
244.028,57
1.327.982,86




Lampiran 9.  Luas lahan produksi dan penerimaan petani responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe  Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No responden
Luas Lahan (Ha)
Produksi Padi (Kg)
Harga Rp/kg
Penerimaan
(harga x Produksi)
1
0,14
250
2.500
625.000
2
0,30
1.500
2.500
3.750.000
3
0,07
455
2.500
1.137.500
4
0,10
500
2.500
1.250.000
5
1,5
6.000
2.500
15.000.000
6
0,30
300
2.500
750.000
7
0,30
900
2.500
2.250.000
8
0,30
800
2.500
2.000.000
9
0,10
500
2.500
1.250.000
Jumlah
3,11
11.205
22.500
28.012.500
Rata-rata
0,35
1.245
2.500
3.112.500
Per ha
1,00
3.557,14

8.892.857,14




Lampiran 10.  Luas lahan produksi dan penerimaan petani responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe  Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No responden
Luas Lahan (Ha)
Penerimaan (Rp)
Biaya total (Rp)
Pendapatan (Rp)
1
0,14
625.000
162.000
463.000
2
0,30
3.750.000
546.250
3.203.750
3
0,07
1.137.500
156.500
981.000
4
0,10
1.250.000
265.200
984.800
5
1,5
15.000.000
1.870.000
13.130.000
6
0,30
750.000
478.300
271.700
7
0,30
2.250.000
317.000
1.933.000
8
0,30
2.000.000
360.000
1.640.000
9
0,10
1.250.000
285.000
965.000
Jumlah
3,11
28.012.500
4.183.150
23.829.350
Rata-rata
0,35
3.112.500
464.794
2.647.705,55
Per ha
1,00
8.892.857,14
1.327.982,86
7.564.873,02