LAPORAN PRAKTEK
LAPANG UASAHATANI PADI
DI DESA
BONTOLOE KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR
OLEH:
AGUS SALIM
10596 009 09
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011
I. PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Padi
merupakan tanaman berumpun. Tanaman padi berasal dari dua benua yaitu
Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil
butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar
100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh
Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak menyerang tanaman ini
adalah tikus, orong-orong, walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah
yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi (Imadatainstiper,
2007).
Negara produsen
padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia),
India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia
yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia).
Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%).
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).
1
|
Setiap kegiatan pengolahan sawah mutlak
petani mengeluarkan biaya untuk kegiatan produksi, baik biaya tetap maupun
biaya variabel, mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida, pajak
lahan, biaya penyusutan alat dan biaya lainnya yang tidak terduga.
Untuk memperoleh pendapatan yang
memuaskan petani, maka petani dituntut kecermatannya dalam mempelajari
perkembangan harga sebagai solusi dalam menentukan pilihan, apakah ia
memutuskan untuk menjual atau menahan hasil produksinya. Namun bagi petani yang
secara umumnya menggantungkan hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa
tidak memiliki kemampuan untuk menahan hasil panen kecuali sekedar untuk
konsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yan telah dikeluarkan.
Penduduk Desa Bontoloe hidup dengan bergantung kepada
pertanian dan perikanan, penduduk bontoloe
terdiri dari 3.792 penduduk dengan pekerjaan petani sebesar 305 orang/
kepala keluarga, dengan tanah ladang sebanyak 118,40 ha dan lahan sawah di Desa
Bontoloe sebanyak 103, 4 ha, lahan sawah itu ditanami padi dan jagung akan
tetapi lahan sawah itu umummya ditanami padi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa besar pendapatan Petani dari usahatani padi
di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar?
1.3 Tujuan
Praktek Lapang
1. Untuk mengetahui pendapatan Petani dari usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar?
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Budidaya Padi
Persemaian
dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama
atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar
bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut
dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan
jika terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008).
Benih yang
dibutuhkan untuk ditanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 20 Kg. Benih yang
hendak disemai sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna
sekitar 2 x 24 jam, dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar
benih dapat mengisap air yang dibutuhkan untuk perkecambahannya (Anonima,
2008).
Benih yang sudah
direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar dipersemaian secara
hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang tumbuh tidak saling
bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam kedalam tanah karena
dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab penyakit tanaman) yang
dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan persemaian dilakukan
kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam (tabur). Kebutuhan pupuk
yang digunakan yaitu, 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg KCL (Anonima, 2008).
3
|
Setelah
persiapan lahan beres maka bibit pun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat
umur 20–25 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi
22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga
pertumbuhannya seragam.
Bibit ditanam
dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan cara
bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya
terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam
ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air. Bibit
ditanam dengan posisi tegak dan dalam satu lubang ditanam 2-3 bibit, dengan
kedalaman tanam cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang
hanyut. Jarak tanam padi biasanya 20 x 20 cm (Anonima, 2008).
Tanah yang
dibudidayakan cenderung kekurangan unsur hara bagi tanaman, oleh karena itu
diperlukan penambahan unsur hara yang berasal dari pupuk organik maupun pupuk
anorganik. Dosis pupuk tanaman padi sawah sangat dipengaruhi oleh jenis dan
tingkat kesuburan tanah, sejarah pemupukan yang diberikan dan jenis padi yang
ditanam (Anonima, 2008).
Penggunaan dosis
pupuk untuk padi sawah untuk lahan satu hektar adalah sebagai berikut Urea 200
Kg, SP36 200 Kg, dan KCL 100 Kg. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu kali
budidaya (produksi) padi sawah. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman
berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari kebutuhan pupuk keseluruhan,
sedangkan sisa pupuk diberikan pada tahap kedua yaitu kira-kira pada waktu
tanaman berumur 40 hari (Anonima, 2008).
Hama yang sering
ditemukan menyerang tanaman padi sawah adalah penggerek batang padi, walang
sangit, wereng dan belalang. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan para
petani adalah dengan menggunakan pestisida untuk lahan seluas satu hektar
petani hanya membutuhkan 2 orang tenaga kerja dan dalam waktu satu hari
pemyemprotan tersebut dapat diselesaikan (Anonima, 2008).
Hasil padi yang
berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja,
tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat
yaitu jika gabah telah tua atau matang. Waktu panen tersebut berpengaruh
terhadap jumlah produksi, mutu gabah, dan mutu beras yang akan dihasilkan.
Keterlambatan panen menyebabkan produksi menurun karena gabah banyak yang
rontok. Waktu panen yang terlalu awal menyebabkan mutu gabah rendah, banyak
beras yang pecah saat digiling, berbutir hijau, serta berbutir kapur (Anonima.
2008)
Saat panen di
lapangan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam,
pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya
dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman
cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada
saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat di panen pada umur antara 110–115
hari setelah tanam.
2.2 Biaya
biaya adalah manfaat yang dikorbankan dalam rangka
memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur
dalam Rupiah melalui pengurangan aktiva atas pembebanan utang pada saat manfaat
itu diterima, (Kusnadi 2006 : 168)
Sedangkan menurut Kuswadi (2007 : 72) bahwa
biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang dan jasa dari pihak
ketiga. Hal senada juga dikemukakan oleh Mulyadi (2007 : 8) bahwa biaya adalah
pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Supriyono (2002 : 18) mengemukakan bahwa : Penggolongan
biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen
yang ada kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Biaya usaha tani diklafikasikn menjadi dua yaitu ; Biaya
tetap (fixed costi) dan biaya tidak tetap (variable cost) yang
mencangkup :
1. Biaya tetap (Fixed Cost)
yaitu : biaya yang tidak berubah-ubah yang tidak mempengaruhi hasil produksi,
yakni penyusutan alat pertanian, sewa tanah, dan pajak.
2. Biaya tidak tetap (Variable Cost)
yaitu : biaya yang berubah-ubah/ biaya yang mempengaruhi jumlah hasil produksi,
yakni bibit, upah tenaga kerja, pupuk dan pestisida.
2.3 Pendapatan
Pendapatan pada prinsipnya mempunyai sifat menambah atau
menaikkan nilai kekayaan pemilik usaha, baik dalam bentuk penerimaan maupun
tagihan. Untuk memperjelas pengertian tentang pendapatan, dikemukakan
pengertian pendapatan dari para ahli :
1. M.P
Simangunsong (2004
: 6) mengemukakan bahwa :Pendapatan adalah bertambahnya aktiva perusahaan atau
uang tunai, piutang, kekayaan lain yang berasal dari penjualan barang atau jasa
yang mengakibatkan modal bertambah”.
2. Dumairy (1999 : 56) menambahkan bahwa : Pendapatan
adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta
dalam proses produksi meliputi uapah/gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan.
3. Soekarwati berpendapat bahwa pendapatan usaha
tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.
Jadi, Pd = TR – TC
Pd = Pendapatan Usaha Tani
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Dari pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah semua barang, jasa dan
uang yang diperoleh atau diterima oleh seseorang atau masyarakat dalam suatu
periode tertentu dan biasanya diukur dalam satu tahun.
2.4
Produksi
Sejumlah ahli ekonomi mengemukakan berbagai macam definisi
tentang produksi akan tetapi pada prinsipnya mempunyai pengertian yang sama.
Pengertian produksi secara ekonomi adalah menghasilkan sejumlah output.
Mengenai hal tersebut pendapat para ahli sebagai berikut :
Menurut Assauri (2006 : 107) mendefinisikan
produksi sebagai berikut : Produksi adalah merupakan segala kegiatan dalam
menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Selain itu
produksi dapat juga diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa
atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang
Faktor-faktor Produksi
faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan oleh alam
atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan
jasa, (Sukirmo, 2006 : 6).
1. Alam
Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk dimanfaatkan
dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan sejak dulu
dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi yang
meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah suatu lat kekuatan fisik dan otak
manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha
produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor bukan termasuk faktor tenaga kerja,
tetapi termasuk modal yang menggantikan tenaga kerja. (Daniel, 2002 : 86)
3. Modal
Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta
kekayaan yang dimilki seseorang yaitu semua harta berupa uang, tanah, mobil,
dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel, 2002 :
74), arti modal modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan
dan dimiliki masyarakat, disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan
itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan
untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat
atau modal sosial.
Modal adalah “Setiap hasil/produk atau
kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang
baru”. Secara umum modal dapat dibagi 2, yaitu :
Dalam usaha pertanian dikenal ada modal
fisik dan modal manusiawi. Modal fisik atau modal material, yaitu berupa
alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak. Sedangkan modal manusiawi adalah
biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan, latihan, kesehatan. Modal manusiawi
tidak memberikan pengaruh secara langsung, dampaknya akan kelihatan dimasa
datang dengan meningkatnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia
pengelolanya.
III. METODOLOGI
PRAKTEK LAPANG
3.1
Waktu dan Tempat
Praktek
lapang ini di laksanakan pada tanggal 11-12 juni 2011, di Desa Bontoloe,
Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
3.2
Sumber Data
Praktek
lapang ini dilakukan melalui pengumpulan data, pengumpulan data yang dilakukan
ada 2 yaitu data primer dan data sekunder:
1. Data primer adalah: data yang
diperoleh dari hasil wawancara kepada petani dan keluarganya, dengan mengisi
kuisioner yang telah diberikan.
2. Data sekunder adalah: data yang
diperoleh dari kantor desa Bontoloe.
3.3
Analisis data
analisis pendapatan yaitu analisis
yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan usahatani, pendapatan
usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekarwati,
1993).
Pendapatan (Ï€) =
TR- TC
Yang diperoleh dari:
TR = Y . PY
TC= FC + VC
Dimana :
Ï€ = Pendapatan
10
|
TC= Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya variabel (Variabel Cost)
Y= Jumlah produksi padi/gabah/ (Kg)
PY= Harga produksi padi (Rp/Kg)
3.4
Konsep Operasional
Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan ini, maka
penyusun kemukakan definisi operasional variabel yang ada kaitannya, Adapun
definisi variable tersebut adalah :
1. Usahatani padi adalah usahatani yang dikelola oleh petani padi di
dusun Tala-tala, Desa bontoloe, Kecamatan Galesong.
2. Petani adalah orang yang bercocok
tanam atau yang mengelola padi di dusun Tala-tala, Desa bontoloe, Kecamatan Galesong.
3. Produksi (Y) adalah jumlah produk
yang dihasiklkan petani padi berupa gabah yang diukur dengan kilogram (Kg)
untuk satu kalipanen,
4. Harga Produksi (PY) adalah harga
penjualan petani padi berupa gabah yang diukur dengan rupiah (Rp)
5. Penerimaan adalah (TR) adalah jumlah
produksi yang dihasilkan petani padi berupa gabah (Y) dikalikan dengan harga
penjualan petani (PY).
6. Biaya (TC) adalah jumlah pengeluaran
yang dikeluarkn pada usahatani padi selama satu musim dalam menghasilkan padi
yang diukur dengan rupiah (Rp). Biaya usaha tani diklafikasikn menjadi dua
yaitu ; Biaya tetap (fixed costi) dan biaya tidak tetap (variable
cost) yang mencangkup
a. Biaya tetap (Fixed Cost)
yaitu : biay yang jumlahnya tidak tergantung pada hasil produksi, yakni alat
pertanian, sewa tanah, dan pajak.
b. Biaya tidak tetap (Variable Cost)
yaitu : biaya yang jumlahnya tergantung pada jumlah hasil produksi, yakni
bibit, upah tenaga kerja, pupuk dan pestisida.
7. Pendapatan petani (Ï€) adalah jumlah uang yang
diterima petani padi dari hasil penjualan gabah setelah dikurangi biaya yang
dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi yang diukur dlam rupiah (Rp).
IV. GAMBARAN UMUM
LOKASI PRAKTEK LAPANG
3.1
Luas dan Letak Geografis
Desa Bontoloe merupakan salah satu Wilayah Kecamatan Galesong,
Kabupaten Takalar yang memiliki luas wilayah yang sekitar 219,91 Ha. Dengan batasan wilayah sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Bodola, bagian Selatan berbatasan dengan Desa
Bentong/ BT, bagian barat berbatasan dengan Selat Makassar sedangkan bagian
Timur berbatasan dengan Desa Pattinoang.
Secara geografis Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong,
Kabupaten takalar berada di ketinggian 2 m dari permukaan laut, dengan curah
hujan 7,2 mm/ tahun, serta suhu udara rata-rata 28-340 dengan orbitasi jarak dari pusat (Pemerintah
desa) yaitu:
® Jarak dari pusat pemerintah
kecamatan 2 km.
® Jarak dari ibu kota kabupaten yaitu
17 km
® Jarak dari ibu kota propinsi 30 km.
3.2
Kependudukan Desa Bontoloe
Jumlah penduduk kelurahan/Desa bontoloe yaitu 3.792 orang
dengan jumlah penduduk laki-laki 1.869 orang dan jumlah penduduk perempuan
1.923, jumlah penduduk dengan tingkat pendidikannya yaitu:
SD : 228 orang
SMP : 190 orang
SMA :175 orang
13
|
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariaannya
terdiri dari 305 orang petani, Tukang: 49 orang dan Nelayan sebanyak 418 0rang.
3.3
Keadaan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan Pertanahan di Desa
Bontoloe Kecamatan galesong, Kabupaten Takalar dengan tanah kas desa sebanyak
7,15 Ha dengan pengalokasian untuk jalan 2,5 Ha, sawah dan ladang 118,40 ha,
empang/ tambak sebanyak 22,5 Ha, dan pemukiman/ Perumahan 60,45 Ha. Sedangkan
penggunaannya yaitu untuk perkantoran sebanyak 0,12 Ha, pasar Desa 0,60, tempat
rekreasi 12 Ha, Dan tanah sawah 103,4 Ha.
V. HASIL DAN
PEMBAHASAN
5.1
Identitas Petani Responden
Responden dalam praktek lapang ini adalah petani yang
membudidayakan padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar,
karakteristik responden dapat dilihat dari
segi umur, pendidikan, pengalaman dalam berusahatani tanggungan keluarga
dan luas lahan yang digunakan dalam
berusahatani, aspek-aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan
usahatani padi.
5.1.1 Umur Responden
Tingkat umur petani sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan
cara berpikir petani dalam pengambilan keputusan dalam usahatani padi, pada
umumnya petani yang berusia muda mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat
menerima informasi dan inovasi baru, karena petani yang berumur lebih muda
lebih berani menanggung resiko walaupun petani tersebut masih kurang pengalaman
sehingga petani yang lebih muda bertindak dinamis, sehingga cepat mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupnya pada masa
yang akan datang.
Sebaliknya petani yang berumur lebih tua, mempunyai
kapasitas usahatani yang lebih matang karena banyaknya pengalaman yang
dialaminya sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak untuk melakukan
usahataninya.
15
|
Tabel 1. Identitas petani responden berdasarkan tingkat
umur di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
No
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
25 – 36
|
4
|
44,44
|
2
|
37 – 48
|
2
|
22,22
|
3
|
49 – 60
|
3
|
33,33
|
|
Jumlah
|
9
|
100
|
Sumber:
data primer setelah di olah 2011.
Tabel 1. Menunjukkan bahwa
jumlah petani responden yang terbanyak berada pada kelompok umur 25-36 tahun dengan jumlah 4 orang (44,44%)
sedangkan jumlah terkecil berada pada umur 37- 48 tahun dengan persentase
(22,22%), dengan demikian bahwa kelompok umur petani responden di Desa
Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar digolongkan Kedalam kelompok umur
petani muda dengan persentase (44,44%).
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan formal petani merupakan salah satu faktor
yang cukup penting dalam pengembangan usaha, terutama kaitannya dengan
penyerapan inovasi penunjang pencapaian produksi yang optimal. Pendidikan yang
relatif lebih tinggi akan lebih memudahkan petani dalam menerapkan inovasi
tekhnologi baru serta tekhnik-tekhnik baru dalam usahataninya sehingga dengan
kemajuan- kemajuan tekhnologi dalam usahatani padi dapat diaplikasikan dengan
cepat dan mudah (Mosher, 2000).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden bervariasi mulai dari
tidak sekolah sampai SMA. Komposisi tingkat pendidikan petani responden
disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Identitas petani responden
berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar.
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
Tidak sekolah
|
2
|
22,22
|
2
|
SD
|
5
|
55,55
|
3
|
SLTP
|
2
|
22,22
|
|
Jumlah
|
9
|
100
|
Sumber:
data primer setelah di olah, 2011.
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah petani respnden
yang tertinggi berada pada tingkat SD yang berarti bahwa tingkat pendidikan
petani responden tergolong rendah sehingga petani responden kesulitan dalam
menerapkan tekhnologi baru serta tekhnik-tekhnik baru dalam usahatani padi yang
di kelola di Desa Bontoloe.
Dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah yaitu
pendidikan Sekolah Dasar, petani cenderung mengelola usahataninya secara
tradisional menurut kebiasaan yang dilakukan turun-temurun, akan tetapi hal ini
dapat diatasi dengan peran pemerintah yang proaktif melalui pembinaan
masyarakat petani oleh penyuluuh pertanian lapangan.
5.1.3 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat dilihat dari lamanya petani dalam
menekuni usahanya. Semakin lama petani menggeluti usahanya, maka akan semakin banyak
pengalaman yang mereka miliki, pada umumnya petani yang memiliki pengalaman
usahatani yang cukup lama cenderung memiliki kemampuan berusahatani yang lebih
baik, pengalaman berusahatani erat kaitannya dengan tingkat keterampilan
seseorang dalam berusaha karena umumnya petani yang berpengalaman kemudian
ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka petani tersebut akan terampil
dalam mengelola usahataninya. Komposisi petani responden yang didasarkan pada
pengalaman berusahatani pada tabel 3.
Tabel 3. Identitas petani responden
berdasarkan pengalaman dalam berusahatani di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupatn Takalar.
No
|
Pengalaman Berusahatani (tahun)
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
2 – 11
|
4
|
44,44
|
2
|
12 – 21
|
2
|
22,22
|
3
|
22 – 31
|
3
|
33,33
|
|
Jumlah
|
9
|
100
|
Sumber:
Data primer setelah diolah 2011
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh, data
pada tabel 3 menunjukkan bahwa petani responden memiliki pengalaman
berusahatani padi sebagian besar petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan
Galesong, Kabupaten Takalar memiliki pengalaman berusahatani padi antara 1-10
tahun dengan persentase (44,44%).
5.1.4 Jumlah Tanggungan keluarga
Tanggungan keluarga merupakan keseluruhan anggota keluarga
yang memiliki beban hidup bagi responden bersangkutan, anggota keluarga dapat
berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Untuk mengetahui penyebaran
jumlah tanggungan keluarga dari petani respoden, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Identitas petani responden
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong,
Kabupaten Takalar.
No
|
Jumlah tanggungan keluarga (orang)
|
Jumlah (orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
1 – 2
|
4
|
44,44
|
2
|
3 – 4
|
3
|
33,33
|
3
|
5 – 6
|
2
|
22,22
|
|
Jumlah
|
9
|
100
|
Sumber:
Data primer setelah diolah 2011
Data pada tabel 4. Menunjukkan bahwa jumlah tanggungan
keluarga sebagian besar berada pada interval 1-2 orang yaitu berjumlah 4 orang,
sedangkan jumlah tanggungan petani responden paling sedikit berada pada
interval 5-6 dengan jumlah 2 orang.
Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan pelaksanaan suatu usahatani oleh keluarga tani yang
berkaitan dengan waktu kerja dalam penyelenggaraan usahatani. Jumlah tanggungan
keluarga merupakan potensi tenaga kerja usahatani, apabila tenaga tersebut
merupakan tenaga kerja yang produktif, namun sebaliknya dapat pula sebagai
beban bagi keluarga apabila tenaga tersebut bukan tenaga kerja produktif.
5.1.5 Luas Lahan Usahatani
Luas lahan usahatani mempengaruhi kemampuan produktivitas
seorang petani yang lahannya relatif sempit, maka dalam melakukan kegiatan
usahataninya akan sangat terbatas dan sulit mengusahakan atau mengembangkan
usahataninya, sebaliknya petani yang mempunyai lahan yang luas, kegiatan
usahataninya berjalan sesuaia dengan yang diinginkan dan petani dapat berpikir
dengan leluasa untuk mengembangkan asahataninya. Disamping itu luasnya areal
usahatani akan membuka kesempatan bagi seorang petaani untuk berproduksi lebih
banyak, karena tidak menutup kemungkinan petanib dapat menutupi kegagalan
usahatani lainnya bila terjadi sesuatu yang diinginkan.
Berdasarkan dari hasil pengumpulan data yang diperoleh,
menunjukkan bahwa petani responden memiliki luas lahan yang bervariasi yaitu
mulai dari 0,07 – 2 Ha, berikut komposisi petani responden pada jumlah luas lahan
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan usahatani dari
petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
No
|
Luas lahan (Ha)
|
Jumlah (Orang)
|
Persentase (%)
|
1
|
0,07 – 0,54
|
8
|
88,88
|
2
|
0,55 – 1,02
|
-
|
0
|
3
|
1,03 – 1,50
|
1
|
11,11
|
|
Jumlah
|
9
|
100
|
Sumber:
data primer setelah di olah 2011.
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki
petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar yang
digunakan untuk mengembangkan usahatani padi sebagian besar berada pada luas
lahan 0,01- 0,75 dengan jumlah 7 orang.
Hal ini menunjukkan luas lahan untuk usahatani padi yang
dikelola responden tergolong sempit. Oleh karena itu diperlukan penambahan luas
lahan agar usahatani padi yang dikelola
dapat memberikan produksi yang lebih besar dan pada akhirnya pendapatan yang diperoleh
juga akan lebih meningkat.
5.2
Pendapatan Usahatani Padi
analisis pendapatan yaitu analisis
yang dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan usahatani, pendapatan
usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekarwati,
1993).
Analisis ekonomi perlu dilakukan pada semua unit usahtani
yang dikerjakan, untuk memberikan bahwa usahatni yang dilakukan memberikan
keuntungan atau tidak, oleh karena itu dilakukan anlisis pendapatan, melalui
analisis ini seluruh pengeluaran/ biaya yang dikeluarkan semua diperhitungkan,
ada biaya-biaya yang secara riil tidak dikeluarkan, tetapi diperhitungkan
seperti upah tenaga kerja karena keluarga sendiri yang turut bekerja. Berikut
disajikat pendapatan usahatni padi yang dikelola petani responden.
Tabel 6. Pendapatan usahatani padi
di Dessa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
I
|
Penerimaan (Y.PY)
|
8.892.857,14
|
|
Y = Produksi padi (kg)
|
3.557,14
|
|
PY = Harga (Rp/Kg)
|
2.500
|
II
|
Biaya/ pengeluaran
|
|
|
a=Biaya Variabel
|
1.083.665,71
|
|
b= Biaya Tetap
|
244.028,57
|
|
Jumlah (a + b)
|
1.327.982,86
|
III
|
Pendapatan (I – II)
|
7.564.873,02
|
Sumber
: Data primer setelah diolah, 2011
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi yang
dikelola oleh petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar memperoleh penerimaan sebesar
Rp. 8.892.857,14 per hektar, dengan total biaya yang digunakan untuk
usahatani padi sebesar Rp. 1.327.982,86 per hektar. Sehingga penerimaan
tersebut setelah dikurangi dengan total biaya, maka petani responden memperoleh
pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp.
7.564.873,02 per hektar.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan dengan
biaya yang digunakan, maka dapat diketahui bahwa usahatani padi di Dessa
Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, memperoleh pendapatan atau
keuntungan rata-rata sebesar Rp.
7.564.832,02 per hektar. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang
diperoleh jauh lebih besar dibanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Dengan pendapatan yang tinggi maka usahatani
padi yang dikelola oleh petani responden di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar dapat memberi nilai ekonomis yang lebih kepada petani itu
dengan demikian usahatani padi tersebut tidak rugi bila dikerjakan.
VI. KESIMPULAN DAN
SARAN
6.1Kesimpulan
Dari hasil praktek lapang yang dilakukan tentang ushatani
padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar disimpulkan bahwa:
Besarnya pendapatan yang diperoleh petani responden dari usahatani padi di Desa
Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar cukup tinggi yaitu sebesar Rp.
2.647.705,55 per rata-rata luas lahan petani responden yaitu 0,35 ha, hal
ini setara dengan Rp. 7.564.832,02 per hektar.
6.2 Saran
Agar praktek lapang sesuai dengan tujuan yang diinginkan
maka perlu kiranya dosen memberitahukan sebelumnnya tujuan praktek lapang itu
sendiri dan sistematika laporan diberikan sebelum praktek lapang dilaksanakan
agar data yang dibutuhkan untuk membuat laporan itu lengkap.
23
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Kelurahan Bontonoe Kecamatan
Mandai Kabupaten Maros. Skripsi Universitas Negeri Makassar.
Anonima. 2008. Teknik Penggilingan Padi Yang Baik. agribisnis.deptan.go.id. Diakses pada tanggal
15 Juni 2011.
Misrayanti, 2010. Analisis
Usahatani Jagung Kuning Di Kelurahan Bontobangun Kecamatan Bontoharu Kabupaten
Kepulauan Selayar. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Soekarwati, 1995. Analisis
Usahatani. Jakarta: UI press.
24
|
Lampiran 1. Identitas petani
responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
No.
|
Nama Responden
|
Umur (tahun)
|
Luas Lahan (ha)
|
Tingkat Pendidikan
|
Pengalaman usahatani (tahun)
|
Jumlah tanggungan keluarga
|
1
|
Dg.
Ngeppe
|
60
|
0,14
|
-
|
2
|
2
|
2
|
Dg.
Samsu
|
43
|
0,30
|
SD
|
20
|
5
|
3
|
Moa
Dg. Rate
|
34
|
0,07
|
SLTP
|
10
|
4
|
4
|
Darfin
|
25
|
0,10
|
SD
|
5
|
2
|
5
|
Dg.
Raja
|
25
|
1,5
|
SD
|
10
|
1
|
6
|
Dg.
Iffi
|
60
|
0,30
|
SD
|
30
|
5
|
7
|
Dg.
Jengka
|
45
|
0,30
|
SLTP
|
20
|
4
|
8
|
Dg.
Manggung
|
35
|
0,30
|
SLTP
|
22
|
3
|
9
|
Dg.
Rani
|
60
|
0,10
|
SD
|
30
|
2
|
|
Jumlah
|
355
|
3,11
|
|
149
|
28
|
|
Rata-rata
|
39,44
|
0,35
|
|
16,5
|
3
|
Lampiran 2. Besarnya biaya benih
dari setiap responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar.
No.
|
Luas Lahan
|
|
Benih padi
|
|
responden
|
(ha)
|
Kg
|
Rp/
kg
|
Niai
(Rp)
|
1
|
0,14
|
10
|
11.000
|
110.000
|
2
|
0,30
|
20
|
11.000
|
220.000
|
3
|
0,07
|
10
|
11.000
|
110.000
|
4
|
0,10
|
20
|
11.000
|
220.000
|
5
|
1,5
|
160
|
11.000
|
1.760.000
|
6
|
0,30
|
25
|
11.000
|
275.000
|
7
|
0,30
|
12
|
11.000
|
132.000
|
8
|
0,30
|
15
|
11.000
|
165.000
|
9
|
0,10
|
10
|
11.000
|
110.000
|
Jumlah
|
3,11
|
282
|
|
2.854.000
|
Rata-rata
|
0,35
|
31,33
|
|
317.111
|
Per
ha
|
1,00
|
89,51
|
|
906.031,4
|
Lampiran 3. Besarnya biaya pupuk dari setiap petani
responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupateb
Takalar.
No
|
Luas Lahan
|
|
Urea
|
|
|
TSP
|
|
Total
|
Resp.
|
(ha)
|
kg
|
Rp/ kg
|
Nilai Rp
|
Kg
|
Rp/ kg
|
Nilai Rp
|
|
1
|
0,14
|
25
|
1.200
|
30.000
|
0
|
1.750
|
0
|
30.000
|
2
|
0,30
|
50
|
1.200
|
60.000
|
25
|
1.750
|
43.750
|
103.750
|
3
|
0,07
|
25
|
1.200
|
30.000
|
0
|
1.750
|
0
|
30.000
|
4
|
0,10
|
4
|
1.200
|
4.800
|
0
|
1.750
|
0
|
4.800
|
5
|
1,5
|
50
|
1.200
|
60.000
|
0
|
1.750
|
0
|
60.000
|
6
|
0,30
|
100
|
1.200
|
120.000
|
0
|
1.750
|
0
|
120.000
|
7
|
0,30
|
100
|
1.200
|
120.000
|
0
|
1.750
|
0
|
120.000
|
8
|
0,30
|
50
|
1.200
|
60.000
|
0
|
1.750
|
0
|
60.000
|
9
|
0,10
|
25
|
1.200
|
30.000
|
0
|
1.750
|
0
|
30.000
|
jumlah
|
3,11
|
429
|
|
514.800
|
25
|
|
43.750
|
558.550
|
Rata2
|
0,35
|
47,66
|
|
57.200
|
|
|
5.972,22
|
62.061
|
Per ha
|
1,00
|
136,17
|
|
163.428,57
|
|
|
17.063,49
|
177.317,14
|
Lampiran 4. Rekapitulasi biaya Variabel (benih dan pupuk)
setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar.
No
|
Luas Lahan
|
Biaya variabel (Rp)
|
|
Total
|
Responden
|
(ha)
|
Benih
|
Pupuk
|
|
1
|
0,14
|
110.000
|
30.000
|
140.000
|
2
|
0,30
|
220.000
|
103.750
|
323.750
|
3
|
0,07
|
110.000
|
30.000
|
140.000
|
4
|
0,10
|
220.000
|
4.800
|
224.800
|
5
|
1,5
|
1.760.000
|
60.000
|
1.820.000
|
6
|
0,30
|
275.000
|
120.000
|
395.000
|
7
|
0,30
|
132.000
|
120.000
|
252.000
|
8
|
0,30
|
165.000
|
60.000
|
225.000
|
9
|
0,10
|
110.000
|
30.000
|
140.000
|
Jumlah
|
3,11
|
2.854.000
|
558.550
|
3.413.550
|
Rata-rata
|
0,35
|
317.111
|
62.061
|
379.283
|
Per ha
|
1,00
|
906.031,43
|
177.317,14
|
1.083.665,71
|
Lampiran 5. Besarnya pajak lahan yang dikeluarkan dari
setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupateb Takalar.
No
|
Luas Lahan
|
Pajak Lahan (Rp)
|
Responden
|
(ha)
|
|
1
|
0,14
|
12.000
|
2
|
0,30
|
15.000
|
3
|
0,07
|
10.000
|
4
|
0,10
|
35.000
|
5
|
1,5
|
40.000
|
6
|
0,30
|
70.000
|
7
|
0,30
|
20.000
|
8
|
0,30
|
75.000
|
9
|
0,10
|
25.000
|
Jumlah
|
3,11
|
302.000
|
Rata-rata
|
0,35
|
33.555
|
Per
ha
|
1,00
|
101.585,71
|
Lampiran 6. Besarnya biaya penyusutan dari setiapnyusutan
petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupateb Takalar.
No
|
Luas Lahan
|
|
|
|
Biaya
Penyusutan Alat
|
|
|
Total
|
||||
|
(ha)
|
Traktor
|
Cangkul
|
Sprayer
|
Skop
|
Sabit
|
Parang
|
|
||||
1
|
0,14
|
|
5.000
|
|
|
|
5.000
|
10.000
|
||||
2
|
0,30
|
200.000
|
2.500
|
|
|
|
5.000
|
207.500
|
||||
3
|
0,07
|
|
3.000
|
|
|
|
3.500
|
6.500
|
||||
4
|
0,10
|
|
2.000
|
|
|
|
3.300
|
5.300
|
||||
5
|
1,5
|
|
5.000
|
5.000
|
|
|
|
10.000
|
||||
6
|
0,30
|
|
5.000
|
|
|
5.000
|
3.300
|
13.300
|
||||
7
|
0,30
|
|
15.000
|
|
|
25.000
|
5.000
|
45.000
|
||||
8
|
0,30
|
|
30.000
|
|
|
10.000
|
20.000
|
60.000
|
||||
9
|
0,10
|
|
45.000
|
|
25.000
|
40.000
|
10.000
|
120.000
|
||||
Jmlah
|
3,11
|
200.000
|
112.500
|
5.000
|
25.000
|
70.000
|
55.100
|
467.600
|
||||
Rata2.
|
0,35
|
22.222
|
12.500
|
555
|
2.777
|
7.777
|
6.122,2
|
51.955
|
||||
Per
ha
|
1,00
|
63.491,43
|
35.714,28
|
1.585,71
|
7.934,29
|
22.220
|
17.492
|
148.442,9
|
||||
Lampiran 7. Rekapitulasi biaya Variabel (benih dan pupuk)
setiap petani responden pada asahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar
No
|
Luas Lahan
|
Biaya tetap (Rp)
|
|
Total
|
Responden
|
(ha)
|
Pajak Lahan
|
Penyusutan alat
|
|
1
|
0,14
|
12.000
|
10.000
|
22.000
|
2
|
0,30
|
15.000
|
207.500
|
222.500
|
3
|
0,07
|
10.000
|
6.500
|
16.500
|
4
|
0,10
|
35.000
|
5.300
|
40.300
|
5
|
1,5
|
40.000
|
10.000
|
50.000
|
6
|
0,30
|
70.000
|
13.300
|
83.300
|
7
|
0,30
|
20.000
|
45.000
|
65.000
|
8
|
0,30
|
75.000
|
60.000
|
135.000
|
9
|
0,10
|
25.000
|
120.000
|
145.000
|
Jumlah
|
3,11
|
302.000
|
467.600
|
769.600
|
Rata-rata
|
0,35
|
33.555
|
51.955
|
85.410
|
Per ha
|
1,00
|
101.585,71
|
148.442,9
|
244.028,57
|
Lampiran 8. biaya total (Variabel dan Tetap) dari petani
responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
No
|
Luas Lahan
|
Biaya Variabel
|
Biaya Tetap
|
Total Biaya
|
Responden
|
(ha)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
1
|
0,14
|
140.000
|
22.000
|
162.000
|
2
|
0,30
|
323.750
|
222.500
|
546.250
|
3
|
0,07
|
140.000
|
16.500
|
156.500
|
4
|
0,10
|
224.800
|
40.300
|
265.200
|
5
|
1,5
|
1.820.000
|
50.000
|
1.870.000
|
6
|
0,30
|
395.000
|
83.300
|
478.300
|
7
|
0,30
|
252.000
|
65.000
|
317.000
|
8
|
0,30
|
225.000
|
135.000
|
360.000
|
9
|
0,10
|
140.000
|
145.000
|
285.000
|
Jumlah
|
3,11
|
3.413.550
|
769.600
|
4.183.150
|
Rata-rata
|
0,35
|
379.283
|
85.410
|
464.794
|
Per ha
|
1,00
|
1.083.665,71
|
244.028,57
|
1.327.982,86
|
Lampiran 9. Luas lahan produksi dan penerimaan petani
responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
No responden
|
Luas Lahan (Ha)
|
Produksi Padi (Kg)
|
Harga Rp/kg
|
Penerimaan
(harga x Produksi)
|
1
|
0,14
|
250
|
2.500
|
625.000
|
2
|
0,30
|
1.500
|
2.500
|
3.750.000
|
3
|
0,07
|
455
|
2.500
|
1.137.500
|
4
|
0,10
|
500
|
2.500
|
1.250.000
|
5
|
1,5
|
6.000
|
2.500
|
15.000.000
|
6
|
0,30
|
300
|
2.500
|
750.000
|
7
|
0,30
|
900
|
2.500
|
2.250.000
|
8
|
0,30
|
800
|
2.500
|
2.000.000
|
9
|
0,10
|
500
|
2.500
|
1.250.000
|
Jumlah
|
3,11
|
11.205
|
22.500
|
28.012.500
|
Rata-rata
|
0,35
|
1.245
|
2.500
|
3.112.500
|
Per ha
|
1,00
|
3.557,14
|
|
8.892.857,14
|
Lampiran 10. Luas lahan produksi dan penerimaan petani
responden pada usahatani padi di Desa Bontoloe
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
No responden
|
Luas Lahan (Ha)
|
Penerimaan (Rp)
|
Biaya total (Rp)
|
Pendapatan (Rp)
|
1
|
0,14
|
625.000
|
162.000
|
463.000
|
2
|
0,30
|
3.750.000
|
546.250
|
3.203.750
|
3
|
0,07
|
1.137.500
|
156.500
|
981.000
|
4
|
0,10
|
1.250.000
|
265.200
|
984.800
|
5
|
1,5
|
15.000.000
|
1.870.000
|
13.130.000
|
6
|
0,30
|
750.000
|
478.300
|
271.700
|
7
|
0,30
|
2.250.000
|
317.000
|
1.933.000
|
8
|
0,30
|
2.000.000
|
360.000
|
1.640.000
|
9
|
0,10
|
1.250.000
|
285.000
|
965.000
|
Jumlah
|
3,11
|
28.012.500
|
4.183.150
|
23.829.350
|
Rata-rata
|
0,35
|
3.112.500
|
464.794
|
2.647.705,55
|
Per ha
|
1,00
|
8.892.857,14
|
1.327.982,86
|
7.564.873,02
|