Jumat, 18 November 2011

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

            LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

Disusun Oleh:

AGUS SALIM
10596 009 09





KELAS   :   III A
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul      :     Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi
                     Rosella (Hibiscus sabdariffa L).
Nama      :     Agus salim
Nim        :     10596 009 09
Kelas      :     III. A
Jurusan   :     Agribisnis
Fakultas :      Pertanian
Laporan ini disusn sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi 3 sks untuk lulus mata kulia Dasar-Dasar Agronomi.


Disetujui Oleh:
SUMARNI

Asisten Pembimbing




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, kesehatan serta kesempatan  kepada kita khususnya bagi penyusun sehingga penulisan laporan ini (Laporan Praktikum Agronomi, Rosella (Hibiscus sabdariffa L). dapat disusun sesuai watu yang telah direncanakan.
Tak lupa mengirim salawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya karena atas berkat pejuangannya islam jaya tumbuh dan berkembang dengan bersandar kepada Iman dan Ilmu.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan praktikum Agronomi ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Ir. Kasifah, Mp  selaku dosen mata kuliah Agronomi
2.      Sumarni selaku pembimbing praktikum
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami harapkan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Makassar, 10 Januari 2010



   Penulis
I.       PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pada tahun 1576 seorang ahli botani asal Belanda bernama M. de L’Obel menemukan tanaman ini ditanam di halaman sebuah rumah di Pulau Jawa.
Ada yang berpendapat, Rosella berasal dari India. Diduga tanaman ini dibawa oleh pedagang India saat datang ke Indonesia sekitar abad ke-14.
Karena belum diketahui khasiatnya, dulu Rosella belum dikenal seperti sekarang. Benih tanaman bunga Rosella dibawa oleh para budak dari afrika dan kemudian tumbuh di berbagai belahan dunia, di antaranya Sudan, Mexico, Jamaica,Brazil, Panama, hingga beberapa negara bagian Amerika dan Australia.
Menengok sekilas cerita beberapa abad yang lalu, keberadaan bunga Rosella saat ini bagaikan perantau yang pulang kembali ke kampung halaman. Nama Lain: Hibiscus Sabdariffa L., H. Sabdariffa varaltissima, Rozelle, Red Sorrel, Sour-sour, Lemon bush, Florida cranberry, Oseille rouge (Perancis), Quimbombo Chino (Sepanyol), Karkad (Afrika Utara), Bisap (Senegal).
Nama rosella tenar hampir di seluruh penjuru dunia. Belakangan, rosella juga mulai populer di Indonesia. Tanaman rosella sudah lama ada diIndonesia. Hanya saja, ia disebut dengan nama yang berbeda di setiap daerah. memang banyak orang yang beranggapan berbeda tentang asal mula rosella tersebut. Ada yang bilang bahwa rosella berasal dari afrika, namun ada juga yang bilang rosella berasal dari india. Namun yang jelas bahwa sesungguhnya rosella telah banyak ditemukan di indonesia sejak beberapa abad yang lalu. Hanya saja masyarakat indonesia belum begitu mengenal manfaat atau khasiat dari rosella tersebut. Barulah pada akhir-akhir ini ­diketahui bahwa teh merah rosella memiliki manfaat yang banyak sekali, namun tidak mengakibatkan efek samping seperti pada teh yang lainnya.
Bunga Rosella kering yang dimanfaatkan dengan cara diseduh seperti teh sangat populer. Bunga Rosella segar juga dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk makanan seperti puding, campuran salad, hingga selai dan sirup.
Rosella digunakan di banyak daerah sebagai obat tradisional. Mempunyai efek yang ringan sebagai obat pencuci perut dan memperlancar pembuangan air seni. Hal tersebut disebabkan oleh zat yang terkandung dalam kelopak Rosella, yaitu ascorbic acid dan glycolic acid.
Karena juga mengandung citric acid atau asam sitrat, Rosella juga digunakan sebagai penyegar, memberikan efek dingin ke tubuh di cuaca yang panas, karena meningkatkan peredaran darah di permukaan kulit dan memperlebar pori-pori.
Sebagaian besar dari tumbuhan Rosella, termasuk biji, daun, kelopak dan akar sering kali digunakan sebagai bahan makanan. Diantara bagian2 tersebut, kelopak Rosella adalah yang paling populer. Digunakan sebagai bahan dasar pembuatan selai, sirup, es cream, perasa, dan juga dalam bentuk kering untuk diseduh dan disajikan seperti kita menyajikan teh.
Daun dan kelopak Rosella juga dapat digunakan sebagai minuman kesehatan untuk memperbaiki fungsi pencernaan dan ginjal. Daun Rosella yang di hangatkan dan diremas-remas, baik untuk menyembuhkan pecah-pecah di tumit dan untuk mempercepat matangnya bisul.
Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering Rosella jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing dan bunga knop. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga Rosella, dan bersifat antioksidan.
Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang ditemui saat ini banyak yang disebabkan oleh radikal bebas yang berlebihan. Di antaranya kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, hingga kanker.

1.2  Tujuan Praktikum
o   Untuk melakukan perbandingan media sekam bakar dengan media sekam biasa
o   Untuk mengetahui media yang cocok untuk tanaman rosella
o   Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman rosella setiap pekannya, dengan menggunakan perlakuan yang berbeda-beda.



II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Botani Tanaman Rosella
2.1.1   Klasifikasi Rosella
Tanaman Rosella berdasarkan taksonomi tumbuhan dalam (Mardiah, dkk, 2009). Dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom      :    plantae
Division        :    spermatophyte
Subdivisio    :    angiospermae
Kelas            :    dykotilodenoeae
Ordo             ;    Malvales
Family          :    Malvaceae
Genus           :    Hibbiscus
Species         :    Hibiscus sabdariffa L
2.1.2        Akar
Sistem perakaran tanaman Rosella adalah akar tunggang, dengan bentuk akar adalah akar tunggang. Akar memiliki bagian-bagian yaitu: Pangkal akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis) serabut akar (fibrilla radicis), bulu akar (pillus radicallis) dan tudung akar (calyptra). Akar-akar ini berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara didalam tanah serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Anonimus, 2008).


2.1.3        Batang
Batang rosella berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5 meter sampai 5 meter. Ketika masih muda batang dan berwarna hijau. Batang berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat daun-daun yang tersusun berseling, warna hijau berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi beringgit (Widyanto dan Nelistya, 2008).
2.1.4        Daun
Daun rosella berwarna hijau berbentuk hijau (bulat telur) dengan ujung daun yang meruncing atau bercangap. Daun memiliki tulang-tulang menjari warna merah dan tepi beringgit dengan banyak kelenjar pada permukaan bawahnya daun letaknya berselin-seling (spiral) mengelilingi batang tanaman yang terdiri dari tangkai daun, helai daun dan tidak mempunyai upih (vagina). ukuran daun panjang dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm (Anonimus 2008).
2.1.5        Bunga
Bunga rosella bertipe tunggal, artinya, hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Ukuran bunga cukup besar, diameter ketika sedang mekar lebih dari 12,5 cm dan memiliki dasar bunga pendek. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota rosela bewarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap di bagian tengahnya, berbentuk corong, terdiri dari lima helaian, dan panjang 3-5 cm. tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal dengan panjang sekitar 5 cm dan lebar 5 mm. Bunga rosella bersifat hermaprodit (mempunyai bunga jantan dan bunga betina), sehingga mampu menyerbuk sendiri (Mardiyah dkk, 2009).
2.1.6        Buah
Buah berbentuk kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu (Maryani dan Kristiana, 2005).
2.2   Syarat Tumbuh Tanaman Rosella
2.2.1        Suhu
Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu. Roselladapat tumbuh  didaerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata 24-32°C pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 21°C.
2.2.2        Air
Jika curah hujan tidak mencukupi dapat diatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering dibutuhkan rosella untuk pembungaan dan produksi biji. Sedangkan hujan atau kelembaban yang tinggi selama masa panen dan pengeringan dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan dapat menurunkan produksi.
2.2.3        Cahaya,panjang hari dan waktu tanam
Rosella merupakan tanaman berhari pendek (untuk induksi pembungaan memerlukan panjang hari waktu kurang dari 12 jam). Bila ditanam pada bulan xix bulan foto periode pendek akan cepat berbunga dan pendek. Untuk keperluan diambil bunganya, waktu yang tepat adalah bulan April—Mei. Rosella toleran terhadap sedikit naungan dan dapat tumbuh di green house, tetapi pertumbuhan terbaik ditunjukkan pada tanaman yang ditanam di lapangan pada kondisi cahaya penuh. Waktu tanam juga dapat mempengaruhi kandungan kimia kelopak rosella. Rosella yang ditanam pada bulan Mei menghasilkan antosianin, protein dan karbohidrat total lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam pada bulan April atau Juni.
2.2.4        Tanah
Tanaman rosella dapat diusahakan disegala macam tanah akan tetapi yang paling cocok pada tanah yang subur dan gembur maksudnya yang mempunyai struktur yang dalam, bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella masih dapat toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran juga pada pH 4,5-8,5. Selama pertumbuhan rosella tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk lahan tegal adalah 800—1670 mm/5 bulan atau 180 mm/bulan. Apabila ditanam pada wadah yang terbatas ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang (diamater 30 cm), pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah (Mardiah dkk, 2009).


















III.    METODE PRAKTIKUM
3.1    Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan setiap hari sabtu, mulai tanggal 11 november 2010 pada jam 15,45-selesai WITA bertempat di Belakang Sekret Rosella di samping Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
3.2     Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mistar untuk mengukur panjang tanman, pulpen untuk mencatat jumlah daun dan panjang tanaman, cangkul untuk mengambil tanah sebagai campuran media
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas catatan panjang batang dan jumlah daun, sekam bakar, sekam biasa, tanah sebagai campuran media sekam, polybag sebagai tempat media tanam, benih rosella, bamboo dan paku sebagai pagar tanaman.
3.3    Metode Pelaksanan
3.3.1        Pembuatan Media Tanam
Praktikum ini mulai dilaksanakan pada tanggal 11 November 2010, pada minggu pertama. Pembuatan media dimana sekam bakar atau sekam biasa dicampur dengan tanah dengan perbandingan 2:1 kemudian diisikan pada masing-masing polybag, 10 polybag untuk campuran sekam bakar dan 10 polybag untuk sekam biasa.
3.3.2        Penanaman Benih
Pada minggu ke 2 penanaman benih dimana tiap-tiap polybag baik polybag sekam bakar maupun polybag sekam biasa masing-masing ditanami benih dengan kedalaman 2-3 cm dan tiap polybag diberi 2 benih Rosella.
3.3.3        Penyiraman
Setelah tanam polybag disiram setiap pagi atau sore untuk mempermudah tumbuhnya tanaman.
3.3.4        Pengamatan
Pengamatan mulai dilaksanakan 2 minggu setelah tanam karena pada minggu pertama setelah tanam, tanaman belum muncul dipermukaan tanah, pengamatan diilaksanakan setiap pecan sampai 5 kali pengamatan.
3.3.5        Perlindungan
Perlindungan dilakukan untuk melindungi tanman dari kerusakan yang disebabkan oleh mahluk perusak baik itu manusia maupun hewan atau binatang.
3.4     Pemeliharaan
        Selama praktikum tanaman rosella, perlu diwaspadai keberadaan gulma yang akan berdampak negatif yang dapat menjadi saingan bagi tanaman pokok untuk memperoleh makanan.
        Pemeliharaan dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, pada minggu prertama setelah tanam, tanaman disiram tiap hari agar benih dapattumbuh baik, setelah tanaman tumbuh  atau sudah muncul dipermukaan tanah, tanah digemburkan untuk mempercepat pertumbuhan, setelah tumbuhnya tanaman diikuti dengan tumbuhnya gulma yang tumbuh disekitar tanaman, maka dilakukan penyiangan untuk mencegah meluasnya gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman rosella (Hibiscus Sabdariffa L).

















IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1        Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Plot A (Media Sekam Biasa).
TABEL A
PANJANG BATANG
 (CM)
RATA-RATA
JUMLAH DAUN
RATA-RATA
A1
34,5
6,9
21
4,2
A2
26,5
5,3
22
4,4
A3
29,7
5,94
21
4,2
A4
18
6
11
3,7
A5
 -
 -
 -
A6
30,4
6,08
19
3,8
A7
24,4
4,88
14
2,8
A8
31,8
6,36
17
3,4
A9
25,8
5,16
16
3,2
A10
16,5
5,5
9
3
JUMLAH
237,3
52,12
150
32,7

Tabel Hasil Pengamatan Plot B (Media Sekam Bakar).
TABEL B
PANJANG BATANG (CM)
 RATA-RATA
JUMLAH DAUN
RATA RATA 
B1
50,5
10,1
30
10,1
B2
46,5
9,3
27
9,3
B3
43
8,6
24
8,6
B4
35,3
7,06
21
7,06
B5
35,5
7,1
21
7,1
B6
33,8
6,76
22
6,76
B7
34,5
6,9
20
6,9
B8
45,1
9,02
30
9,02
B9
46
9,2
35
9,2
B10
48,4
9,68
30
9,68
JUMLAH
418,4 CM
83,72
260
83,72
Gambar hasil pengamatan Rosella(Hibiscus sabdariffa L) dengan media sekam bakar.
    
Gambar hasil pengamatan Rosella(Hibiscus sabdariffa L) dengan media sekam biasa.
    
4.2    Pembahasan
Rosella adalah tanaman semusim yang tumbuh tegak dan termasuk dalam famili malvaceae. Batangnya berbentuk silinder, berwarna merah dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daun tanaman rosella adalah daun tunggal dengan letak berseling, berwarna hijau dan tulang daun berwarna kemerahan. Daun pertama muncul berbentuk seperti daun biasa kemudian daun akan berbentuk menjari 3-5. Macam-macam bentuk daun ditentukan oleh umur daun, makin tua umur daun maka jumlah jari makin banyak
Pada awal pertumbuhan tanaman plot A (media sekam yang tidak dibakar) lebih cepat muncul dipermukaan tanah, hal ini dikarenakan media sekam yang tidak dibakar dapat menjaga kebutuhan air dan kelembapan media pada awal pertumbuhan, pada saat tanaman belum membutuhkan unsure hara yang lebih banyak.
Pada awal pertumbuhan tanaman pada plot B (media sekam bakar) lebih lambat muncul diatas dipermukaan tanah jika dibanding dengan tanaman pada plot A dikarenakan media sekam bakar lebih padat atau pori-pori tanahnya lebih padat dibanding pada pada sekam bakar yang lebih mudah bagi tanaman untuk muncul dipermukaan tanah.
Pada saat tanaman berumur 21 hari atau 2 minggu pengamatan kami menunjukkan bahwa tanaman pada plot B (media sekam bakar) lebih tinggi batangnya dan lebih banyak daunnya disbanding pada tanaman plot A (media sekam yang tidak dibakar). Ini dikarenakan unsur hara pada media sekam bakar lebih tinggi dibanding pada media sekam yang tidak dibakar. Karena sekam yang tidak dibakar nitrogennya belum terdekomposisi secara sempurna.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan mengenai perbandingan media sekam bakar dengan media sekam yang tidak dibakar, maka media yang paling cocok untuk pembudidayaan rosella (Hibiscus sabdariffa L) adalah media campuran sekam bakar karena sekam yang sudah dibakar nitrogen yang terdapat didalamnya sudah terdekomposisi secara sempurna sebagai unsure hara bagi tanman rosella..
Polybag atau pot adalah tempat yang baik untuk membudidayakan tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) karena jenis tanaman ini tidak terlalu banyak memerlukan banyak air untuk tumbuh dan kandungan senyawa metabolis sekundernya dapat diproduksi secara maksimal. Selain itu produksi rosella merah juga diperngaruhi oleh teknik budidayanya. Adapun tahapan budidaya yang kami lakukan dalam praktikum ini adalah:
1.     Persiapan lahan
Lahan yang biasa digunakan untuk budidaya dapat menggunakan system bedengan dan tanpa bedengan (dengan menggunakan pot atau polibag). Sedangkan lahan untuk penanaman rosella yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah polibag, Rosella dibudiyakan pada polibag dapat menghemat biaya produksi. Media tanam yang kami gunakan berupa campuran tanah dan sekam bakar, sekam tidak dibakar, yang telah diolah terlebih dahulu.
2.     Persiapan bahan tanaman
Tanaman rosella merah dapat dibudidayakan dengan menggunakan biji (secara generatif) dan menggunakan setek batang (secara vegetatif). Namun praktikum tanaman rosella yang kami lakukan yaitu secara generatif dengan biji. Untuk mengetahui kualitas biji rosella dapat dilakukan dengan merendam biji ke dalam air selama 24 jam. Setelah itu dipilih biji yang baik yang akan ditanam yaitu biji yang terendam dalam air.
3.     Penanaman
Pada sistem penanaman langsung, biji rosella yang telah masak ditanam sebanyak 2-3 butir pada setiap polibag yang telah berisi media tanam. Jarak tanam untuk praktikum rosella yang kami lakukan dari satu polibag ke polibag yang lain adalah 10 cm x 15 cm dikarenakan tempat praktek tidak luas.
4. Pemeliharaan
Awal penyiraman tanaman dilakukan pada saat benih mulai ditanam pada media. Hal ini diperlukan untuk menjaga kebutuhan air dan kelembaban media terutama pada awal pertumbuhan. Setelah itu penyiraman cukup dilakukan pada waktu pagi hari. Kekurangan air kadang dapat mengakibatkan tanaman mati. Namun apabila media tanam terlalu basah dan bahkan terdapat genangan air juga tidak baik bagi tanaman karena akan memicu perkembangan jamur dan mikroorganisme lain dan juga dapat mengakibatkan pembusukkan pada akar tanaman.
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma dan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman utama agar tidak mengganggu proses pertumbuhan. Gulma adalah semua jenis vegetasi tumbuhan yang tumbuh liar dan menimbulkan gangguan terhadap tanaman utama yang sengaja dibudidayakan oleh manusia.

















V.    PENUTUP
5.1        Kesimpulan
Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) yaitucampuran dari media sekam bakar dengan tanah dengan perbandingan 2:1, karena media sekam bakar mempunyai unsure hara yang lebih tinggi disbanding sekam yang belum dibakar, Nitrogen yang terkandung pada sekam bakar sudah terdekomposisi secara sempurna dan pori-pori tanahnya juga tidak terlalu luas sehingga perbandingan antara unsure cair, padat dan gas pada media seimbang.
5.2        Saran
Dengan selesainya praktikum ini diharapkan dalam membudidayakan tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) agar dalam membudidayakan tanaman rosella menggunakan media yaitu campuran sekam bakar dengan tanah dengan perbandingan 2 : 1 agar memperoleh hasil yang optimum dan juga bsa mengurangi pemupukan.
untuk melaksanakan praktikum yang maksimal dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan kepada pihak  Fakultas atau dosen untuk menyediakan tempat praktikum yang lebih luas bagi mahasiswa agar dalam pelaksanaan melaksanakan praktikum selanjutnya bisa lebih maksimal.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. BudidayaRosela. http://rosellakita.blogspot.com//budidayarosela. Diakses pada tanggal 15 Desember  2010pukul 10.30 WITA.
Mardia, dkk. 2009. Pemanfaatan Hasil Tanaman Hias Rosella. http://www.dppln.co.id/senior/edisi_44.pdf. Diakses pada tanggal  30 Desember 2010.
Maryani dan Kristina. 2005. Sehat Dengan Tanaman Obat Indonesia. http://nnuke.wordpress.com/2008/03/30rosella/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010.
Puspita Wijayanti. 2010. Budidaya Tanaman Obat Rosella (Hibiscus sabdariffa L) dan Pemanfaatan Senyawa  Metabolism Sekundernya di PT Temu Kencono. (Skripsi) Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Widyanto dan Nelisyta. 2008. www.wikipedia.co.id  . Di askes tanggal 30 Desember 2010. Pukul 10.30 WITA







LAMPIRAN
NO
   Kegiatan
November
Desember
Januari


I
II
III
IV
I
II
II
IV
I
II
III
IV
1
   Persiapan
      Media












2
 Penanaman












3
 Penyiraman












4
Pengambilan
       Data












5
  Penyiangan












6
 Penyusunan
    Laporan












7
Ujian Praktek












Lampiran 1.  Jadwal Pelaksanaan











Lampiran 2.  Data hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada Plot A (media sekam biasa).

Data pengamatan panjang batang
Panjang Batang
Minggu
jumlah
Rata-rata

I
II
III
IV
V


A1
4,5
6
7
8
9
34,5
6,9
A2
3
4,5
5
6,5
7,5
26,5
5,3
A3
3
5,5
6,2
7,5
7,5
29,7
5,94
A4
-
-
4
7
7
18
6
A5
-
-
-
-
-
-
-
A6
1,8
4,8
6,5
9
9,5
30,4
6,08
A7
0,3
4
5,6
7,5
7
24,4
4,88
A8
2,3
5
7
8,5
9
31,8
6,36
A9
0,3
4,5
5,5
7,5
8
25,8
5,16
A10
-
-
3
6,5
7
16,5
5,5


Data pengamatan jumlah daun
Jumlah Daun
Minggu
jumlah
Rata-rata

I
II
III
IV
V


A1
3
4
4
5
5
21
4,2
A2
3
4
4
5
6
22
4,4
A3
3
4
4
5
5
21
4,2
A4
-
-
3
4
4
11
3,7
A5
-
-
-
-
-
-
-
A6
2
3
4
5
5
19
3,8
A7
-
3
3
4
4
14
2,8
A8
2
3
3
4
5
17
3,4
A9
2
3
3
4
4
16
3,2
A10
-
-
2
3
4
9
3

Lampiran 3.  Data hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada Plot B (media sekam bakar).

Data pengamatan panjang batang
Panjang Batang
Minggu
jumlah
Rata-rata

I
II
III
IV
V


B1
5
6,5
10
14
15
50,5
10,1
B2
2,5
6,5
8,5
14
15
46,5
9,3
B3
2,5
6
8
12,5
14
43
8,6
B4
-
5
7,8
10,5
12
35,3
7,06
B5
2
4,5
6,5
11
11,5
35,5
7,1
B6
0,3
4,5
6,5
10,5
12
33,8
6,76
B7
0,3
4,7
6,5
11
12
34,5
6,9
B8
5
6,3
7,8
13
13
45,1
9,02
B9
4
6,5
8
13
14,5
46
9,2
B10
5
6,2
8,7
14
14,5
48,4
9,68


Data pengamatan jumlah daun
Jumlah Daun
Minggu
jumlah
Rata-rata

I
II
III
IV
V


B1
3
5
7
8
9
30
6
B2
2
4
6
7
8
27
5,4
B3
2
4
5
6
7
24
4,8
B4
-
3
5
6
7
21
4,2
B5
2
3
4
6
6
21
4,2
B6
-
3
5
7
7
22
4,4
B7
-
3
4
6
7
20
4
B8
3
5
6
8
8
30
6
B9
3
5
7
10
10
35
7
B10
3
5
7
8
9
30
6

Lampiran 4. Gambar praktikum tanaman rosella dengan media sekam bakar dengan media sekam biasa.

  

  

Lampiran 5. Gambar tanaman rosella dengan media sekam bakar.
  
  

Lampiran 6. Gambar tanaman rosella dengan media sekam biasa (tdk dbakar).
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar